MATA

MATA KITA
Menschliches auge.jpg  Mata.png

Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata yang paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya adalah terang atau gelap. Mata yang lebih kompleks dipergunakan untuk memberikan pengertian visual.

Organ mata manusia
Organ luar
  • Bulu mata berfungsi menyaring cahaya yang akan diterima.
  • Alis mata berfungsi menahan keringat agar tidak masuk ke bola mata.
  • Kelopak mata berfungsi untuk menutupi dan melindungi mata.
Organ dalam
Bagian-bagian pada organ mata bekerja sama mengantarkan cahaya dari sumbernya menuju ke otak untuk dapat dicerna oleh sistem saraf. Bagian-bagian tersebut adalah:
  • Kornea
    Merupakan bagian terluar dari bola mata yang menerima cahaya dari sumber cahaya.
  • Sklera
    Merupakan bagian dinding mata yang berwarna putih. Tebalnya rata-rata 1 milimeter tetapi pada irensi otot, menebal menjadi 3 milimeter.
  • Pupil dan selaput pelangi
    Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil menentukan kuantitas cahaya yang masuk ke bagian mata yang lebih dalam. Pupil mata akan melebar jika kondisi ruangan yang gelap, dan akan menyempit jika kondisi ruangan terang. Lebar pupil dipengaruhi oleh selaput pelangi di sekelilingnya. Selaput pelangi berfungsi sebagai diafragma. Selaput pelangi inilah terlihat sebagai bagian yang berwarna pada mata.
  • Lensa mata
    Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada retina. Fungsi lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh tepat pada bintik kuning retina. Untuk melihat objek yang jauh (cahaya datang dari jauh), lensa mata akan menipis. Sedangkan untuk melihat objek yang dekat (cahaya datang dari dekat), lensa mata akan menebal.
  • Retina atau Selaput Jala
    Retina adalah bagian mata yang paling peka terhadap cahaya, khususnya bagian retina yang disebut bintik kuning. Setelah retina, cahaya diteruskan ke saraf optik.
  • Saraf optik
    Saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina, untuk menuju ke otak.
Sistem kerja mata



Mata manusia memiliki cara kerja otomatis yang sempurna, mata dibentuk dengan 40 unsur utama yang berbeda dan ke semua bagian ini memiliki fungsi penting dalam proses melihat kerusakan atau ketiadaan salah satu fungsi bagiannya saja akan menjadikan mata mustahil dapat melihat. Lapisan tembus cahaya di bagian depan mata adalah kornea, tepat di belakangnya terdapat pupil, fungsi dari pupil sendiri adalah untuk mengatur insensitas cahaya yang masuk ke mata. Selain pupil ada juga bagian mata yang disebut selaput pelangi, fungsinya adalah memberi warna pada mata, selaput pelangi juga dapat mengubah ukuran pupil secara otomatis sesuai kekuatan cahaya yang masuk, dengan bantuan otot yang melekat padanya. Misalnya ketika berada di tempat gelap pupil akan membesar untuk memasukkan cahaya sebanyak mungkin. Ketika kekuatan cahaya bertambah, pupil akan mengecil untuk mengurangi cahaya yang masuk ke mata. Hal yang mempengaruhi perbesaran pupil itu adalah selaput pelangi. Sistem pengaturan otomatis yang bekerja pada mata bekerja sebagaimana berikut.

Ketika cahaya mengenai mata sinyal saraf terbentuk dan dikirimkan ke otak, untuk memberikan pesan tentang keberadaan cahaya, dan kekuatan cahaya. Lalu otak mengirim balik sinyal dan memerintahkan sejauh mana otot di sekitar selaput pelangi harus mengerut. Bagian mata lainnya yang bekerja bersamaan dengan struktur ini adalah lensa. Lensa bertugas memfokuskan cahaya yang memasuki mata pada lapisan retina di bagian belakang mata. Karena otot-otot di sekeliling lensa cahaya yang datang ke mata dari berbagai sudut dan jarak berbeda dapat selalu difokuskan ke retina. Semua sistem yang telah kami sebutkan tadi berukuran lebih kecil, tapi jauh lebih unggul daripada peralatan mekanik yang dibuat untuk meniru desain mata dengan menggunakan teknologi terbaru, bahkan sistem perekaman gambar buatan paling modern di dunia ternyata masih terlalu sederhana jika dibandingkan mata. Jika kita renungkan segala jerih payah dan pemikiran yang dicurahkan untuk membuat alat perekaman gambar buatan ini kita akan memahami betapa jauh lebih unggulnya teknologi penciptaan mata.

Jika kita amati bagian-bagian lebih kecil dari sel sebuah mata maka kehebatan penciptaan ini semakin terungkap. Anggaplah kita sedang melihat mangkuk kristal yang penuh dengan buah-buahan, cahaya yang datang dari mangkuk ini ke mata kita menembus kornea dan selaput pelangi kemudian difokuskan pada retina oleh lensa jadi apa yang terjadi pada retina, sehingga sel-sel retina dapat merasakan adanya cahaya ketika partikel cahaya yang disebut foton mengenai sel-sel retina. Ketika itu mereka menghasilkan efek rantai layaknya sederetan kartu domino yang tersusun dalam barisan rapi. Kartu domino pertama dalam sel retina adalah sebuah molekul bernama 11-cis retinal. Ketika sebuah foton mengenainya molekul ini berubah bentuk dan kemudian mendorong perubahan protein lain yang berikatan kuat dengannya yakni rhodopsin.

Kini rhodopsin berubah menjadi suatu bentuk yang memungkinkannya berikatan dengan protein lain yakni transdusin. Transdusin ini sebelumnya sudah ada dalam sel namun belum dapat bergabung dengan rhodopsin karena ketidak sesuaian bentuk. Penyatuan ini kemudian diikuti gabungan satu molekul lain yang bernama GTP kini dua protein yakni rhodopsin dan transdusin serta 1 molekul kimia bernama GTP telah menyatu tetapi proses sesungguhnya baru saja dimulai senyawa bernama GDP kini telah memiliki bentuk sesuai untuk mengikat satu protein lain bernama phosphodiesterase yang senantiasa ada dalam sel. Setelah berikatan bentuk molekul yang dihasilkan akan menggerakkan suatu mekanisme yang akan memulai serangkaian reaksi kimia dalam sel.

Mekanisme ini menghasilkan reaksi ion dalam sel dan menghasilkan energi listrik, energi ini merangsang saraf-saraf yang terdapat tepat di belakang sel retina. Dengan demikian bayangan yang ketika mengenai mata berwujud seperti foton cahaya ini meneruskan perjalanannya dalam bentuk sinyal listrik. Sinyal ini berisi informasi visual objek di luar mata. Agar mata dapat melihat sinyal listrik yang dihasilkan dalam retina harus diteruskan dalam pusat penglihatan di otak. Namun sel-sel saraf tidak berhubungan langsung satu sama lain ada celah kecil yang memisah titik-titik sambungan mereka lalu bagaimana sinyal listrik ini melanjutkan perjalanannya di sini serangkaian mekanisme rumit terjadi energi listrik diubah menjadi energi kimia tanpa kehilangan informasi yang sedang dibawa dan dengan cara ini informasi diteruskan dari satu sel saraf ke sel saraf berikutnya. Molekul kimia pengangkut ini yang terletak pada titik sambungan sel-sel saraf berhasil membawa informasi yang datang dari mata dari satu saraf ke saraf yang lain.

Ketika dipindahkan ke saraf berikutnya, sinyal ini diubah lagi menjadi sinyal listrik dan melanjutkan perjalanannya ke tempat titik sambungan lainnya. Dengan cara ini sinyal berhasil mencapai pusat penglihatan pada otak, di sini sinyal tersebut dibandingkan informasi yang ada di pusat memori dan bayangan tersebut ditafsirkan akhirnya kita dapat melihat mangkuk yang penuh buah-buahan sebagaimana kita saksikan sebelumnya karena adanya sistem sempurna yang terdiri atas ratusan komponen kecil ini dan semua rentetan peristiwa yang menakjubkan ini terjadi pada waktu kurang dari 1 detik.

Penyakit mata
1.Miopi 
Miopi (dari bahasa Yunani: μυωπία myopia "penglihatan-dekat") atau rabun jauh adalah sebuah kerusakan refraktif mata di mana citra yang dihasilkan berada di depan retina ketika akomodasi dalam keadaan santai. Miopi dapt terjadi karena bola mata yang terlalu panjang atau karena kelengkungan kornea yang terlalu besar sehingga cahaya yang masuk tidak difokuskan secara baik dan objek jauh tampak buram. Penderita penyakit ini tidak dapat melihat jarak jauh dan dapat ditolong dengan menggunakan kacamata negatif (cekung).
Penyebab
Penyebab miopia dapat bersifat keturunan (herediter), ketegangan visual atau faktor lingkungan. Faktor herediter pada miopi pengaruhnya lebih kecil dari faktor ketegangan visual. Terjadinya miopi lebih dipengaruhi oleh bagaimana seseorang menggunakan penglihatannya, dalam hal ini seseorang yang lebih banyak menghabiskan waktu di depan komputer atau seseorang yang menghabiskan banyak waktunya dengan membaca tanpa istirahat akan lebih besar kemungkinannya untuk menderita miopi. Faktor lingkungan juga dapat memengaruhi misalnya pada rabun malam yang disebabkan oleh kesulitan mata untuk memfokuskan cahaya dan membesarnya pupil, keduanya karena kurangnya cahaya, menyebabkan cahaya yang masuk kedalam mata tidak difokuskan dengan baik.
Dapat juga terjadi keadaan pseudo-miopi atau miopi palsu disebabkan ketegangan mata karena melakukan kerja jarak dekat dalam waktu yang lama. Penglihatan mata akan pulih setelah mata diistirahatkan.
Diagnosis
Diagnosis miopi dapat ditegakkan dengan pemeriksaan visus dengan menggunakan optotipi Snellen dan foropter. Pemeriksaan visus akan menunjukkan ketajaman penglihatan dibawah 6/6. Dengan menyingkirkan diagnosis banding seperti hipermetropi dan astigmatisma, diagnosis miopi dapat ditegakkan.

Perawatan
Pemakaian lensa kontak kacamata dengan lensa sferis negatif merupakan pilihan utama untuk mengembalikan penglihatan. Beberapa tindakan bedah juga dapat dilakukan seperti photorefractive keratectomy (PRK) atau laser assisted in-situ keratomileusis (LASIK). Dapat juga dilakukan orthokeratologi atau terapi penglihatan (vision therapy).

2.Rabun dekat
 Hipermetropi atau Hiperopia atau rabun dekat adalah kelainan refraksi mata dimana bayangan dari sinar yang masuk ke mata jatuh di belakang retina. Hal ini dapat disebabkan karena bola mata yang terlalu pendek atau kelengkungan kornea yang kurang. Penderita kelainan mata ini tidak dapat membaca pada jarak yang normal (30 cm) dan harus menjauhkan bahan bacaannya untuk dapat membaca secara jelas. Penderita juga akan sulit untuk melakukan kegiatan yang membutuhkan ketelitian tinggi. Perbaikan penglihatan dapat dilakukan dengan memakai kacamata dengan lensa sferis positif (cembung).

3.Astigmatisma
Astigmatisma adalah sebuah gejala penyimpangan dalam pembentukkan bayangan pada lensa, hal ini disebabkan oleh cacat lensa yang tidak dapat memberikan gambaran/ bayangan garis vertikal dengan horizotal secara bersamaan. Astigmatisma adalah cacat optik di mana penglihatan kabur karena ketidakmampuan optik mata untuk fokus benda titik menjadi gambar terfokus tajam pada retina. Hal ini mungkin disebabkan oleh kelengkungan tidak teratur atau toric dari kornea atau lensa. Kedua jenis Silindris yang teratur dan tidak teratur. Silindris tidak teratur sering disebabkan oleh bekas luka kornea atau hamburan di lensa kristal, dan tidak dapat dikoreksi dengan lensa kacamata standar, tetapi dapat dikoreksi dengan lensa kontak. Silindris rutin yang timbul baik dari kornea atau lensa kristal dapat dikoreksi dengan lensa toric. Permukaan toric menyerupai bagian permukaan dari sepak bola Amerika atau donat di mana ada dua jari-jari biasa, salah satu lebih kecil dari yang lain. Ini bentuk optik menimbulkan astigmatisme biasa di mata. Kesalahan bias mata astigmatik berasal dari perbedaan dalam tingkat refraksi kelengkungan dari dua meridian yang berbeda (yaitu, mata memiliki titik fokus yang berbeda dalam pesawat yang berbeda.) Misalnya, gambar dapat jelas difokuskan pada retina di horisontal (sagital) pesawat, tapi tidak di pesawat (tangensial) vertikal. Silindris menyebabkan kesulitan dalam melihat detail halus, dan dalam beberapa kasus garis vertikal (misalnya, dinding) mungkin muncul pada pasien yang akan miring. Optik astigmatik dari mata manusia sering dapat dikoreksi dengan kacamata, lensa kontak keras atau lensa kontak yang memiliki kompensasi optik, lensa silinder (yaitu lensa yang memiliki jari-jari yang berbeda kelengkungan di pesawat yang berbeda), atau bedah refraktif.



Berdasarkan pada sumbu dari meridian utama

Kabur dari lensa astigmatik pada jarak yang berbeda • Astigmatisma Reguler - meridian utama adalah tegak lurus. o Dengan-aturan-Silindris - meridian vertikal curam (bola rugby atau sepak bola Amerika berbaring pada sisinya). o Terhadap-aturan-Silindris - meridian horizontal adalah curam (bola rugby atau sepak bola Amerika berdiri di ujungnya). o Astigmatisma Oblique -. kurva tercuram terletak di antara 120 dan 150 derajat dan 30 dan 60 derajat • Silindris tidak teratur - meridian utama adalah tidak tegak lurus. Dengan-aturan-Silindris, sebuah silinder dikurangi ditempatkan dalam sumbu horisontal untuk memperbaiki kesalahan bias (atau silinder ditambah pada sumbu vertikal). Menambahkan silinder dikurangi dalam sumbu horisontal membuat sumbu horisontal "curam" (atau lebih baik: membuat sumbu vertikal "kurang curam") yang membuat kedua sumbu sama "curam". Dalam melawan-aturan-Silindris, sebuah silinder ditambah ditambahkan dalam sumbu horisontal (atau silinder minus di sumbu vertikal). Anak-anak cenderung memiliki orang-orang dengan-aturan-Silindris dan orang tua cenderung memiliki terhadap-aturan-Silindris. Axis selalu dicatat sebagai sudut dalam derajat, antara 0 dan 180 derajat dalam arah berlawanan arah jarum jam. Baik 0 dan 180 derajat terletak pada garis horizontal pada tingkat pusat murid, dan seperti yang terlihat oleh pengamat, 0 terletak di sebelah kanan dari kedua mata. Berdasarkan fokus dari meridian utama Dengan santai akomodasi: • Astigmatisma Sederhana Silindris o hyperopic Simple - garis fokus pertama adalah pada retina, sedangkan yang kedua terletak di belakang retina. Silindris o rabun Sederhana - garis fokus pertama adalah di depan retina, sedangkan yang kedua adalah pada retina. • Astigmatisma Campuran o Compound Silindris hyperopic - kedua saluran fokus yang terletak di belakang retina. o Silindris Campuran rabun - kedua saluran fokus berada di depan retina. • Silindris Campuran - garis fokus berada di kedua sisi retina (mengangkangi retina). Kelaziman Menurut sebuah studi di Amerika yang diterbitkan dalam Archives of Ophthalmology, hampir tiga dari 10 anak (28,4%) berusia antara lima dan 17 telah Silindris. Sebuah penelitian di Brazil baru-baru ini menemukan bahwa 34% dari siswa dalam satu kota yang astigmatik. Mengenai prevalensi pada orang dewasa, sebuah studi baru-baru ini di Bangladesh menemukan bahwa hampir 1 dari 3 (32,4%) dari mereka yang berusia di atas 30 memiliki Silindris. Sebuah studi baru-baru ini mengungkapkan Polandia "dengan-the-aturan Silindris" dapat menyebabkan terjadinya miopia. Sejumlah penelitian telah menemukan prevalensi meningkat dengan usia Silindris. Diagnosa Gejala Meskipun Silindris ringan mungkin asimtomatik, derajat yang lebih tinggi Silindris dapat menyebabkan gejala seperti penglihatan kabur, menyipitkan mata, asthenopia, kelelahan, sakit kepala. Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan antara Silindris dan prevalensi yang lebih tinggi dari migrain sakit kepala. Tanda dan tes Sejumlah tes yang digunakan oleh dokter mata dan dokter mata selama pemeriksaan mata untuk menentukan adanya Silindris dan untuk mengukur jumlah dan sumbu. Sebuah diagram atau grafik Snellen mata lainnya awalnya dapat mengungkapkan ketajaman visual berkurang. Keratometer A dapat digunakan untuk mengukur kelengkungan meridian curam dan flattest di permukaan depan kornea topografi kornea juga dapat digunakan untuk mendapatkan representasi yang lebih akurat dari bentuk kornea. Sebuah autorefractor atau retinoscopy dapat memberikan perkiraan objektif kesalahan bias mata dan penggunaan silinder Jackson lintas dalam bingkai phoropter atau percobaan dapat digunakan untuk subyektif memperbaiki pengukuran tersebut. Sebuah teknik alternatif dengan phoropter memerlukan penggunaan "Jam panggilan" atau "sunburst" grafik untuk menentukan sumbu astigmatik dan kekuasaan. Keratometer A juga dapat digunakan untuk memperkirakan Silindris dengan menemukan perbedaan dalam kekuasaan antara dua meridian utama kornea. Aturan Javal yang kemudian dapat digunakan untuk menghitung perkiraan astigmatisme. Teknik lain refraksi jarang digunakan melibatkan penggunaan celah stenopaic (aperture celah tipis) di mana refraksi ditentukan dalam meridian tertentu - teknik ini sangat berguna dalam kasus di mana pasien memiliki tingkat tinggi Silindris atau pembiasan pasien dengan Silindris tidak teratur . Pengobatan Silindris dapat dikoreksi dengan kacamata, lensa kontak, atau operasi refraksi. Perencanaan dan analisis pengobatan Silindris dalam operasi kornea, katarak, dan bias telah digariskan oleh American National Standards Institute, dan pada awalnya dijelaskan oleh dokter mata Australia Noel Alpins A. dalam metode Alpins nya analisis astigmatisme. Berbagai pertimbangan yang melibatkan kesehatan mata, status bias, dan gaya hidup, sering menentukan apakah salah satu pilihan mungkin lebih baik daripada yang lain. Pada mereka dengan keratoconus, lensa kontak toric sering memungkinkan pasien untuk mencapai acuities visual yang lebih baik daripada kacamata. Setelah hanya tersedia dalam bentuk, kaku gas-permeable, lensa toric sekarang tersedia juga sebagai lensa lunak. Jika Silindris disebabkan oleh masalah seperti deformasi dari bola mata karena suatu chalazion, mengobati penyebab yang mendasari akan menyelesaikan Silindris tersebut. Kacamata pertama untuk astigmatisme yang benar dibuat oleh Benjamin Franklin pada tahun 1784. Pilihan selanjutnya adalah Asymmetric Mini Radial keratotomi (MARK), teknik bedah yang dikembangkan oleh dokter spesialis mata Italia Marco Abbondanza pada tahun 1994 dan meningkat pada tahun 2005. Ini terdiri dari serangkaian microincisions, yang dibuat dengan pisau berlian, yang dirancang untuk menyebabkan dikendalikan jaringan parut kornea, yang mengubah ketebalan dan bentuk. Prosedur ini, jika dilakukan dengan benar, mampu menyembuhkan Silindris dan tahap pertama dan kedua dari keratoconus, menghindari kebutuhan untuk transplantasi kornea.
 
4.Buta warna


Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu yang disebabkan oleh faktor genetis.
Buta warna merupakan kelainan genetika yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya, kelainan ini sering juga disebut sex linked, karena kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara penderita buta warna pada laki-laki dan perempuan. Seorang perempuan terdapat istilah 'pembawa sifat', hal ini menujukkan ada satu kromosom X yang membawa sifat buta warna. Perempuan dengan pembawa sifat, secara fisik tidak mengalami kelainan buta warna sebagaimana wanita normal pada umumnya, tetapi wanita dengan pembawa sifat berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya kelak. Apabila pada kedua kromosom X mengandung faktor buta warna maka seorang wanita tersebut menderita buta warna.
Saraf sel pada retina terdiri atas sel batang yang peka terhadap hitam dan putih, serta sel kerucut yang peka terhadap warna lainnya. Buta warna terjadi ketika syaraf reseptor cahaya di retina mengalami perubahan, terutama sel kerucut.

Klasifikasi

Buta warna sendiri dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu trikromasi, dikromasi, dan monokromasi.
Trikomasi
Buta warna jenis trikomasi adalah perubahan sensitifitas warna dari satu jenis atau lebih sel kerucut. Jenis buta warna ini paling sering dialami dibandingkan jenis buta warna lainnya. Ada tiga macam trikomasi yaitu:
  • Protanomali yang merupakan kelemahan warna merah.
  • Deuteromali yaitu kelemahan warna hijau.
  • Tritanomali yaitu kelemahan warna biru.
Dikromasi
Dikromasi merupakan tidak adanya satu dari 3 jenis sel kerucut, tediri dari:
  • Protanopia yaitu tidak adanya sel kerucut warna merah sehingga kecerahan warna merah dan perpaduannya berkurang.
  • Deuteranopia yaitu tidak adanya sel kerucut yang peka terhadap hijau.
  • Tritanopia yaitu tidak adanya sel kerucut yang peka untuk warna biru.
Monokromasi
Sedangkan monokromasi ditandai dengan hilangnya atau berkurangnya semua penglihatan warna, sehingga yang terlihat hanya putih dan hitam pada jenis tipikal dan sedikit warna pada jenis atipikal. Jenis buta warna ini prevalensinya sangat jarang.

5.Katarak


Katarak adalah lensa mata yang menjadi keruh, sehingga cahaya tidak dapat menembusnya, bervariasi sesuai tingkatannya dari sedikit sampai keburaman total. Dalam perkembangannya katarak yang terkait dengan usia penderita dapat menyebabkan pengerasan lensa, menyebabkan penderita menderita miopi, berwarna kuning menjadi coklat/putih secara bertahap dan keburaman lensa dapat mengurangi persepsi akan warna biru. Katarak biasanya berlangsung perlahan-lahan menyebabkan kehilangan penglihatan dan berpotensi membutakan jika katarak terlalu tebal. Kondisi ini biasanya memengaruhi kedua mata, tapi hampir selalu satu mata dipengaruhi lebih awal dari yang lain.
Sebuah katarak senilis, yang terjadi pada usia lanjut, pertama kali akan terjadi keburaman dalam lensa, kemudian pembengkakan lensa dan penyusutan akhir dengan kehilangan transparasi seluruhnya. Selain itu, seiring waktu lapisan luar katarak akan mencair dan membentuk cairan putih susu, yang dapat menyebabkan peradangan berat jika pecah kapsul lensa dan terjadi kebocoran. Bila tidak dioperasi, katarak dapat menyebabkan glaukoma.

Penyebaran
Katarak yang terjadi akibat usia lanjut bertanggung jawab atas 48% kebutaan yang terjadi di dunia, yang mewakili 18 juta jiwa, menurut WHO. kelayakan bedah katarak di beberapa negara belum memadai, sehingga katarak tetap menjadi penyebab utama kebutaan. Bahkan di mana ada layanan bedah yang tersedia, penglihatan yang rendah terkait dengan katarak masih dapat dijumpai, sebagai akibat dari lamanya menunggu untuk operasi dan hambatan untuk dioperasi, seperti biaya, kurangnya informasi dan masalah transportasi.
Di Amerika Serikat, katarak yang terjadi akibat usia lanjut dilaporkan mencapai 42% dari orang-orang antara usia 52 sampai 64, 60% dari orang-orang antara usia 65 dan 74, dan 91% dari mereka antara usia 75 dan 85.

Gejala
Penderita katarak akan mengalami pengelihatan yang buram, ketajaman pengelihatan berkurang, sensitivitas kontras juga hilang, sehingga kontur, warna bayangan dan visi kurang jelas karena cahaya tersebar oleh katarak ke mata. Tes sensitivitas kontras harus dilakukan dan jika kekurangan sensitivitas kontras terlihat makan dianjurkan untuk konsultasi dengan spesialis mata.
Di dunia berkembang, khususnya di kelompok berisiko tinggi seperti penderita diabetes, disarankan untuk mencari konsultasi medis jika 'halo' yang terjadi disekitar lampu jalan di malam hari, terutama jika fenomena ini tampak hanya dengan satu mata.
Gejala-gejala katarak sangat mirip dengan gejala citrosis mata.

Penyebab 

 
Katarak berkembang karena berbagai sebab, seperti kontak dalam waktu lama dengan cahaya ultra violet, radiasi, efek sekunder dari penyakit seperti diabetes dan hipertensi, usia lanjut, atau trauma (dapat terjadi lebih awal) dan biasanya akibat denaturasi dari lensa protein. Faktor-faktor genetik sering menjadi penyebab katarak kongenital dan sejarah keluarga yang positif juga mungkin berperan dalam predisposisi seseorang untuk katarak pada usia lebih dini, fenomena "antisipasi" dalam katarak pra-senilis.
Katarak juga dapat diakibatkan oleh cedera pada mata atau trauma fisik. Sebuah studi menunjukan katarak berkembang di antara pilot-pilot pesawat komersial tiga kali lebih besar dari pada orang-orang dengan pekerjaan selain pilot. Hal ini diduga disebabkan oleh radiasi berlebihan yang berasal dari luar angkasa. Katarak juga biasanya sering terjadi pada orang yang terkena radiasi inframerah, seperti para tukang (meniup)kaca yang menderita "sindrom Pengelupasan". Eksposur terhadap radiasi gelombang mikro juga dapat menyebabkan katarak. Kondisi atopik atau alergi yang juga dikenal untuk mempercepat perkembangan katarak, terutama pada anak-anak.
Katarak dapat terjadi hanya sebagian atau penuh seluruhnya, stasioner atau progresif, keras atau lembut.
Beberapa obat dapat menginduksi perkembangan katarak, seperti kortikosteron dan Seroquel.

6.Rabun senja


Rabun senja atau rabun ayam (nyctalopia) adalah sebuah penyakit mata yang menyebabkan penderitanya kesulitan melihat jika kekurangan sumber cahaya. Penyakit ini bisa disebabkan karena luka, malnutrisi (kekurangan vitamin A) atau sejak lahir.
Dinamakan rabun ayam karena ayam selepas senja atau ketika sumber cahaya berkurang juga mengalami kesulitan melihat.

 



Comments

Popular posts from this blog

9 regio abdomen

ASKEP TRAUMA TUMPUL ABDOMEN